Top Menu

Kamis, 05 Juli 2012

SERAHKAN JAKARTA PADA AHLINYA ! ( Sssstt…maksudnya yang beneran ahli, bukan yang hanya mengaku ahli atau yang hanya kelihatan ahli )

Saya ingin tahu apakah ada survey yang meneliti tentang peringkat  kota di dunia yang paling membuat penduduknya stress. Kalau ada, boleh jadi kota Jakarta masuk di dalamnya.
Bagaimana tidak, ambil contoh saja perso alan macet sudah menjadi menu sehari-hari penduduk kota Jakarta. Entah sudah berapa  kali sang gubernur berganti wajah den gan mengusung masalah macet dan banjir, nyatanya  belum juga terlihat perubahan yang berarti.
Sungguh membingungkan ketika dulu istilah macet karena ada si Komo lewat, padahal si komo sudah dibujuk oleh pemiliknya untuk tidak lewat nyatanya Jakarta masih tetap macet. Begitu pula ketika ada propaganda untuk menyerahkan masalah pada ahlinya dan si ahli sudah diberi kesempatan untuk menanggulangi ….tetap saja Jakarta  masih macet
Yang paling membuat geregetan adalah ternyata macet tidak melulu di jalan yang mengarah ke pusat perkantoran  atau perkulakan , bahkan  untuk sekedar mengantar anak ke sekolah yang berada di lingkungan perumahan juga menghadapi situasi yang sama.
Singkat kata macet ada di mana-mana, di jalan raya umum, jalan tol, jalan alternatif bahkan di jalan tikus sekalipun. Nah , terperangkap dalam kemacetan jelas berpotensi membuat orang jadi stress. Celakanya, stress yang berkelanjutan  mengundang penyakit gampang tersinggung,  gampang marah, masa bodoh, dan penyakit yang lain, bahkan hati yang lembut bisa berubah jadi keras.  
Walaupun ada juga sisi positif dari kebiasaan macet yaitu kita jadi terbiasa  mengatur waktu bila ingin bepergian atau menghindari  jalan yang berpeluang macet dengan menemukan jalan alternatif   yang lain, namun kemacetan seringkali sulit di hindari.
Itulah mengapa saya sangat berharap  banyak pada gubernur DKI Jakarta yang akan datang. Menurut saya sehubungan dengan predikatnya sebagai daerah khusus ibukota, ke “khusus” annya  membuat Jakarta adalah milik kita bersama. Sehingga yang akan menjadi gubernur  DKI Jakarta boleh saja dari asli Jakarta atau dari daerah luar jakarta.
Bagaimana seharusnya kota Jakarta ini ditata, seharusnya menjadi bahan ulasan dari para peserta yang ingin menjadi  bakal calon gubernur  DKI Jakarta. Cobalah secara terbuka  menjelaskan apa yang menjadi rencana kerja dengan menyampaikan fakta-fakta yang ada di lapangan, ibarat seorang mahasiswa yang ingin meraih gelar sarjana, detil program kerja berikut ulasan-ulasan  itulah yang diuji oleh juri yang akan menentukan apakah bakal calon ini lolos menjadi calon gubernur.
Supaya adil dan bebas kolusi, para juri harus terdiri dari orang –orang ahli dari berbagai disiplin ilmu yang menunjang pengelolaan sebuah kota dan seluruh berkas  yang masuk hanya mencantumkan kode  yang formulanya hanya diketahui oleh komite pemilihan gubernur.
Pemilik berkas –berkas yang terbaik dan lolos ujilah yang akan maju menjadi calon gubernur, tentunya disamping memenuhi syarat-syarat yang lainnya.
Sedemikian seriusnya seorang calon gubernur diuji adalah dalam rangka mencari calon gubernur  yang benar-benar ahli dan memahami  kota Jakarta. Karenanya, seorang calon gubernur Jakarta harusnya tidak hanya mengandalkan popularitas , jumlah pendukung apalagi bersandar pada nama besar partai yang mengusungnya.
Nah, selanjutnya komite pemilihan gubernur membuat publikasi para calon gubernur dan wakilnya berikut menampilkan  mereka dalam  acara debat kandidat yang disiarkan secara langsung oleh  stasiun televisi  agar masyarakat mengenal lebih dekat calon gubernur yang akan dipilihnya.
Dengan demikian, himbauan kepada  penduduk Jakarta untuk menjadi pemilih cerdas juga ditunjang oleh kesiapan calon gubernur  yang memang handal.
Selamat menjadi pemilih cerdas.
( oleh : Dewi Damayanti )

0 komentar:

Posting Komentar